Dalam rokok mengandung 4.000 zat kimia berbahaya bagi
tubuh.Merokok sama saja dengan membeli racun dan memasukkannya ke dalam
tubuh. Hal itu menjadikan merokok sebagai faktor risiko bagi enam dari
delapan penyakit penyebab utama kematian. Meski amat berbahaya bagi
kesehatan, jumlah perokok di Tanah Air justru terus meningkat.
Penyakit yang dipicu kecanduan merokok, antara lain penyakit paru kronik
obstruktif, penyakit jantung iskemik, penyakit kardiovaskular, dan
penyakit saluran pernapasan atas.
Pengalaman Edison Poltak Siahaan (75), mantan perokok, mengaku mulai merokok saat
berusia 15 tahun.
Hingga akhirnya pada 2001, Edison harus menjalani operasi pengangkatan
kanker pada tenggorokannya yang sudah menjalar di saluran pernapasan,
setelah volume suaranya mengecil. Begitu menjerat dan mengikatnya rokok
sehingga Edison masih merokok sesaat sebelum menjalani operasi.
Kini, sebuah lubang berada di tenggorokan Edison. Lubang itu menjadi
semacam lubang hidung karena ia bernapas melalui tenggorokan. ”Suara
saya kecil. Saya tidak bisa menangis, tidak bisa tertawa, tidak bisa
berenang. Saya menjadi orang cacat seumur hidup,” tutur Edison, Jumat
(30/5).
Selain kecacatan yang dialaminya, Edison menuturkan, secara ekonomi, ia
telah mengeluarkan banyak biaya untuk mengobati penyakit kanker yang
dideritanya. Hal itu berawal dari kecanduan merokok.
Ketua Tim Dokter Klinik Berhenti Merokok Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Persahabatan, Jakarta, Feni Fitriani Taufik, mengatakan, zat kimia utama
yang menyebabkan kecanduan pada rokok adalah nikotin. Ketika seseorang
mengisap rokok, nikotin yang terkandung dalam rokok akan masuk ke
saluran pernapasan, lalu masuk ke dalam darah. Hanya diperlukan 8-10
detik bagi nikotin untuk sampai ke bagian otak.
Saat nikotin sampai ke otak, akan muncul reseptor yang menangkap nikotin
itu dan melepaskan dopamin, neurotransmitter yang membantu mengontrol
pusat kepuasan dan kesenangan di otak. Karena itu, efek yang muncul saat
merokok adalah rasa nyaman dan tenang. Itulah sebabnya perokok,
terutama mereka yang mengalami depresi, akan merasa nyaman. Namun, dalam
10-15 menit, kadar dopamin akan turun kembali. Rasa nyaman pun hilang.
Merokok berulang-ulang akan menyebabkan reseptor nikotin dalam otak kian
banyak. Tubuh juga akan makin nyaman karena dopamin yang dikeluarkan
tambah banyak. Pada kondisi itu, tubuh biasanya akan terus ”menagih”
nikotin. Ketika seorang perokok tidak merokok, akan terasa ada yang
kurang.
”Kalau di awal merokok, seseorang sudah merasa tidak nyaman, misalnya
batuk-batuk, biasanya ia tak akan meneruskan merokok. Tetapi, kalau
pertama kali merokok biasa saja atau bahkan merasa nyaman, ia akan
cenderung terus merokok,” kata Feni menjelaskan.
Apabila seorang perokok tiba-tiba berhenti merokok, dia akan mengalami
gejala sakaw. Gelisah, sakit kepala, mudah marah, emosional, bahkan
depresi adalah gejala umum putus rokok. Tubuh yang sudah merasa nyaman
mendapat asupan nikotin, menagih nikotin lagi.
Edison mengingatkan, jangan pernah mencoba merokok. Sekali merokok, kita
akan kecanduan dan sulit berhenti mengisapnya. Sekali kita merokok,
perlahan tetapi pasti, zat berbahaya dalam rokok akan menggerogoti tubuh
hingga berujung kesakitan, bahkan menjemput maut
source: health kompas
No comments:
Post a Comment