Menyikat gigi dua kali sehari mungkin sudah menjadi kebiasaan banyak
orang. Kebiasaan ini dilakukan guna menjaga kebersihan serta kesehatan
gigi dan mulut secara keseluruhan.
Namun terkadang
kebiasaan ini justru berkebalikan dengan tujuannya. Misalnya walau sudah
rajin menyikat gigi, tetap saja ada gangguan gusi, gigi berlubang, dan
permasalahan gigi lainnya. Kenapa hal itu terjadi? Ini mugkin akibat
kesalahan saat menyikat gigi.
Ada
beberapa kesalahan yang mungkin terjadi saat menyikat gigi. Ketahuilah
kesalahan-kesalahan itu untuk menghindari gangguan mulut karena
melakukannya.
1. Menggunakan sikat gigi yang salah
Pemilihan
sikat gigi adalah yang hal yang penting. Sikat gigi yang digunakan
haruslah membuat nyaman dan tidak menyakiti mulut. Lembaga kesehatan
gigi di Inggris mengungkapkan, sikat gigi yang baik digunakan adalah
yang ukurannya kecil atau sedang. Sikat gigi juga perlu nyaman
digenggam.
Hal lainnya yang perlu diperhatikan dari
sikat gigi adalah bulu sikat. Pastikan bulu sikat cukup kokoh untuk
membersihkan gigi namun tidak terlalu keras karena bisa merusak gigi.
Karena itu, pilihlah bulu sikat yang lembut hingga medium, panjangnya
bervariasi, dan dengan susunan memutar.
2. Kebiasaan menyikat gigi yang salah
Dokter
menyarankan untuk menyikat gigi dua kali sehari. Namun bila ingin
menjaga gigi tetap bersih, maka mulut pun harus dicuci setiap habis
mengonsumsi makanan atau minuman manis. Namun ingat pula untuk tidak
menyikat gigi secara berlebihan, lebih dari tiga atau empat kali sehari.
Ini karena hal itu bisa merusak gusi. Karena itu, cukuplah menyikat
gigi dua hingga tiga kali sehari selama dua hingga tiga menit setiap
hari.
3. Tidak menyikat permukaan bagian dalam gigi
Banyak
orang lalai menyikat permukaan bagian dalam gigi. Padahal plak yang
menumpuk di bagian tersebut sama saja dengan yang menumpuk di permukaan
luar. Dengan kata lain, plak juga akan merusak gigi dari permukaan
bagian dalam gigi pula.
4. Tidak menjaga kebersihan sikat gigi
Ketika
menyimpannya di kamar mandi, sikat gigi terpapar kelembaban dan
lingkungan yang penuh bakteri. Maka para pakar menyarankan untuk tidak
meletakkan sikat gigi di dalam kamar mandi. Sebaliknya, sikat gigi perlu
diletakkan di tempat yang kering dan bersih. Bila akan membungkus
kepala sikat gigi dengan tutup maka pastikan sikat gigi kering terlebih
dahulu.
5. Tidak mengganti sikat gigi
Asosiasi
gigi AS merekomendasikan untuk mengganti sikat gigi setiap tiga hingga
empat bulan, meskipun tampilan sikat gigi masih baik. Sikat gigi juga
perlu diganti bila kondisi bulu sikat sudah rusak.
Akibat Gizi Buruk pada Anak
Sering kali kita kurang memperhatikan gizi pada asupan makanan. Percaya atau tidak sering kali kita lebih memilih makanan yang menyenangkan lidah kita tanpa memperhatikan nutrisi ataupun bahaya dari makanan tersebut.
Kecukupan gizi makanan sangat penting, bila Anda ingin bertumbuh, bertambah tinggi, mencukupi nutrisi adalah faktor penting.
Berikut ada cuplikan artikel dari kompas, dimana bocah 6 tahun meninggal dikarenakan kekurangan gizi.
Kecukupan gizi makanan sangat penting, bila Anda ingin bertumbuh, bertambah tinggi, mencukupi nutrisi adalah faktor penting.
Berikut ada cuplikan artikel dari kompas, dimana bocah 6 tahun meninggal dikarenakan kekurangan gizi.
Sumber artikel : kompas.com
Gizi buruk kembali menelan korban. Kali ini korbannya adalah Ridwan, bocah 6 tahun.
Dia menghembuskan nafas terakhir pada Jumat (18/7/2014) pagi, karena kondisinya yang terus memburuk hampir empat tahun ini.
Isak tangis mewarnai kepergian Ridwan di rumah kontrakannya yang bercat biru di Jalan Swasembada Barat 7 Rt 15 Rw 09, Kelurahan Kebon Bawang, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Rukmini, ibunda Ridwan mengungkapkan bahwa kondisi anaknya melemah sejak berusia dua tahun. "Kemarin kondisi terakhir kakinya tidak bisa lurus," kata Rukmini ditemui di kediamannya.
Sebelum meninggal, Ridwan sempat dirawat selama tiga pekan di Rumah Sakit Koja. "Katanya radang tenggorokan kronis kemarin, kalau gizi buruknya memang sudah lama," ucap Rukmini.
Ridwan juga sempat dirawat selama sepekan di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Rumah Sakit Koja. Setelah itu, lanjut ia, kondisi Ridwan sempat membaik dan dipindahkan ke ruang perawatan anak.
Selvi, tetangga Ridwan, turut menaruh prihatin dengan kondisi Ridwan. Menurutnya, Ridwan sudah lama menderita gizi buruk. "Sakitnya sudah lama, tapi kemarin pas dirawat di rumah sakit kondisinya parah banget, nasi sampai tidak bisa masuk, tangannya bengkak-bengkak, sudah tiga minggu dirawat juga tidak ada perubahan," kata Selvi.
Selama ini, kata Selvi, ia sering menunggui Ridwan saat berada di rumah sakit karena orang tua Ridwan yang tidak sempat menunggui anaknya. Ia mengungkapkan bahwa orang tua Ridwan berasal dari keluarga yang tidak mampu. Ibunya bekerja sebagai buruh cuci dan bapaknya bekerja sebagai juru parkir.
Kata Selvi, Ridwan juga sudah sering mendapatkan bantuan dari posyandu, puskesmas, kelurahan, kecamatan, dan wali kota.
"Berbagai pihak itu sudah berkali-kali datang dan gratis semua, memang bawaan bayi, kondisi badannya sudah kecil," ucanya.
Sementara itu Kepala Puskesmas Kebon Bawang, dr Yanti yang selama ini menangani Ridwan membenarkan Ridwan sudah mengalami gizi buruk sejak usia dua tahun. Saat mengetahui kondisi tersebut, puskesmas langsung memberikan makanan tambahan (PMT) untuk Ridwan.
"Saya bertemu Ridwan pas usia 2 tahun setengah, kondisinya memang sudah gizi buruk. Kami beri PMT susu juga, tapi mulai Mei 2010 orang tuanya sudah tidak ambil lagi, padahal sudah jatahnya. Alasannya karena anaknya tidak suka," ujarnya.
Kemudian, lanjut Yanti, ia kembali menangani Ridwan pada Agustus 2010. "Kembali kami berikan PMT dan susu, tapi ibunya menolak, alasannya ya karena anaknya tidak doyan."
Ia juga sangat menyayangkan dengan sikap orang tua Ridwan selama ini yang menolak agar Ridwan dirawat di Rumah Sakit koja. Padahal pada saat usia 3 tahun kondisi Ridwan sudah tidak bisa berjalan.
"Sudah kami buat rujukan, tapi ibunya nolak alasannya tidak ada yang menunggu di rumah sakit, karena dia sibuk bekerja sebagai buruh cuci," kata Yanti.
Bahkan, lanjut Yanti, berbagai pihak sudah berusaha turun tangan menyelamatkan Ridwan. "Kelurahan mau sempat kasih uang, wali kota juga kasih sumbangan, tapi dia tetap menolak untuk dirujuk," ucapnya.
Meski demikian, kata Yanti, selama ini jajarannya tetap terus berkoordinasi untuk memantau kondisi Ridwan melalui posyandu. Selamat jalan Ridwan semoga kamu tenang di sana.
Cara membuat Air Jahe
Wedang jahe atau minuman jahe sudah sejak lama disukai sebagai teman di cuaca dingin. Rasa hangat setelah menyeruput minuman ini bahkan dipercaya mampu mencegah penyakit flu.
Untuk mendapatkan manfaat optimal dari minuman ini, jahe sebaiknya tidak diseduh dengan air yang terlalu panas. Menurut pakar herbal dr Abrijanto, jahe yang diseduh dengan air yang suhunya mendekati mendidih (100 derajat celcius) akan kehilangan senyawa aktif yang dikandungnya. Padahal senyawa aktif itulah yang sebenarnya dicari untuk mendapatkan manfaat dari jahe.
Sayangnya, selama ini banyak orang yang mengolah jahe dengan cara merebusnya, kemudian diminum panas-panas. Dengan cara tersebut, kata dia, jahe tidak lagi mengandung senyawa aktif, misalnya flavonoid dan saponin, karena sudah rusak terkena air dengan suhu yang terlalu panas.
Flavonoid dan saponin merupakan senyawa yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Flavonoid dan saponin berperan sebagai agen anti-inflamasi, antijamur, anti-kanker, hingga mengungatkan sistem imun tubuh.
Ciri-ciri bahan herbal mengandung flavonoid dan saponin adalah ketika diaduk dengan air maka akan menghasilkan busa. Namun ketika terkena air mendidih maka senyawa ini akan rusak dan hilang.
Namun memang benar jahe lebih sedap bila diminum dalam minuman panas. Karena itu, Abrijanto menyarankan supaya jahe cukup diseduh dengan air yang suhunya 60-70 derajat celcius. Suhu tersebut sesuai dengan suhu air hangat dari dispenser.
"Saat diseduh dengan air mendidih, jahe memang akan kehilangan senyawa flavonoid dan saponin, tetapi masih terasa hangat, itu karena kandungan minyak atsirinya yang masih tahan dengan suhu panas," jelas lulusan Ilmu Farmasi Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Lebih lanjut Abrijanto mengungkapkan, bukan hanya jahe, semua bahan herbal sebaiknya juga tidak diseduh air mendidih. "Semua bahan herbal mengandung senyawa aktif yang rata-rata rusak dengan suhu panas, misalnya tanin pada teh," ujarnya.
source: kompas
Untuk mendapatkan manfaat optimal dari minuman ini, jahe sebaiknya tidak diseduh dengan air yang terlalu panas. Menurut pakar herbal dr Abrijanto, jahe yang diseduh dengan air yang suhunya mendekati mendidih (100 derajat celcius) akan kehilangan senyawa aktif yang dikandungnya. Padahal senyawa aktif itulah yang sebenarnya dicari untuk mendapatkan manfaat dari jahe.
Sayangnya, selama ini banyak orang yang mengolah jahe dengan cara merebusnya, kemudian diminum panas-panas. Dengan cara tersebut, kata dia, jahe tidak lagi mengandung senyawa aktif, misalnya flavonoid dan saponin, karena sudah rusak terkena air dengan suhu yang terlalu panas.
Flavonoid dan saponin merupakan senyawa yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Flavonoid dan saponin berperan sebagai agen anti-inflamasi, antijamur, anti-kanker, hingga mengungatkan sistem imun tubuh.
Ciri-ciri bahan herbal mengandung flavonoid dan saponin adalah ketika diaduk dengan air maka akan menghasilkan busa. Namun ketika terkena air mendidih maka senyawa ini akan rusak dan hilang.
Namun memang benar jahe lebih sedap bila diminum dalam minuman panas. Karena itu, Abrijanto menyarankan supaya jahe cukup diseduh dengan air yang suhunya 60-70 derajat celcius. Suhu tersebut sesuai dengan suhu air hangat dari dispenser.
"Saat diseduh dengan air mendidih, jahe memang akan kehilangan senyawa flavonoid dan saponin, tetapi masih terasa hangat, itu karena kandungan minyak atsirinya yang masih tahan dengan suhu panas," jelas lulusan Ilmu Farmasi Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Lebih lanjut Abrijanto mengungkapkan, bukan hanya jahe, semua bahan herbal sebaiknya juga tidak diseduh air mendidih. "Semua bahan herbal mengandung senyawa aktif yang rata-rata rusak dengan suhu panas, misalnya tanin pada teh," ujarnya.
source: kompas
Subscribe to:
Posts (Atom)